Catatan : Artikel ini disusun berdasarkan sumber dari dokumen “BAB IV – Profil Desa Barugae” yang diakses melalui 123dok.com. Hak cipta isi asli milik penulis dan penerbit sumber tersebut. Artikel ini hanya disajikan ulang untuk kepentingan informasi desa.
Desa Barugae dibentuk pada tahun 2012 sebagai hasil pemekaran dari Desa Bungi dalam wilayah Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Pemekaran ini bertujuan memperlancar pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan, serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Saat ini, Desa Barugae menjadi salah satu dari lima belas desa yang ada di Kecamatan Duampanua. Desa ini terdiri atas dua dusun dengan potensi utama di bidang pertanian, perikanan, dan perkebunan.
Sejarah kepemimpinan desa dimulai dengan penunjukan Syarifuddin, SE (staf Kecamatan Duampanua) sebagai pejabat kepala desa pada periode 2012–2013. Selanjutnya, Muhammad Yusuf C terpilih sebagai Kepala Desa Barugae pertama melalui pemilihan langsung masyarakat pada periode 2013–2019. Pada tahun 2019, Hikardi, S.IP terpilih sebagai kepala desa kedua, yang menjabat untuk periode 2019–2024, setelah memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan langsung pada tanggal 25 Februari 2019.
Menurut data yang dihimpun dari 123dok, sejak awal berdirinya, Desa Barugae telah mengalami perkembangan kepemimpinan yang signifikan. Pada masa awal (2012–2013), desa dipimpin oleh Syarifuddin, SE selaku pejabat sementara dari Kecamatan Duampanua. Selanjutnya, Muhammad Yusuf C terpilih sebagai kepala desa pertama hasil pemilihan langsung (2013–2019), diikuti oleh Hikardi, S.IP untuk periode 2019–2024. Sementara itu, laporan dari Infopublik mencatat bahwa sektor pertanian desa menunjukkan produktivitas yang menjanjikan dengan hasil panen rata-rata mencapai ±7 ton per hektar, angka yang cukup kompetitif dibandingkan desa tetangga.
Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan
Secara keseluruhan, Desa Barugae memiliki luas wilayah 380,4 hektar dengan rincian sebagai berikut:
-
Pemukiman: 4,9 ha
-
Persawahan: 189 ha
-
Perikanan/Tambak: 105 ha
-
Perkebunan: 72 ha
-
Prasarana umum: 9,5 ha
Batas Wilayah Desa
-
Sebelah Utara: Desa Bungi (Duampanua)
-
Sebelah Barat: Kelurahan Data (Duampanua)
-
Sebelah Timur: Desa Buttu Sawe (Duampanua)
-
Sebelah Selatan: Desa Maroneng (Duampanua)
Demografi dan Keragaman Etnis
Jumlah penduduk Desa Barugae tercatat sebanyak 1.534 jiwa, terdiri dari 761 laki-laki dan 773 perempuan, dengan total 393 kepala keluarga (KK). Penduduk Desa Barugae terdiri dari beberapa etnis, yaitu Bugis, Pattinjo, Makassar, Mandar, Jawa, dan Melayu. Etnis Bugis menjadi kelompok terbesar, diikuti oleh masyarakat Pattinjo yang kerap disamakan dengan Bugis meskipun memiliki bahasa dan budaya yang berbeda.
Keragaman etnis ini memperkaya dinamika sosial budaya desa, di mana masyarakat lokal dan pendatang hidup berdampingan, saling berinteraksi, serta beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari.
Interaksi Budaya Masyarakat
Sebagai desa yang multietnis, masyarakat Barugae terbiasa hidup berdampingan dalam perbedaan budaya. Interaksi antara masyarakat lokal (Bugis) dan pendatang (Pattinjo, Makassar, Jawa, Mandar, dan lainnya) berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hubungan bertetangga, kegiatan sosial, maupun mata pencaharian.
Bahasa menjadi salah satu sarana utama dalam proses adaptasi. Masyarakat Bugis, Pattinjo, maupun pendatang lainnya menyesuaikan bahasa komunikasi sesuai dengan lawan bicaranya. Bahasa Bugis, Pattinjo, dan Indonesia digunakan secara fleksibel agar tercipta pemahaman bersama. Proses ini mencerminkan teori akomodasi dalam komunikasi, di mana masyarakat berusaha menyesuaikan gaya bahasa mereka untuk membangun interaksi harmonis.
Selain bahasa, adaptasi juga tampak dalam bidang teknologi dan mata pencaharian. Masyarakat pendatang yang sebelumnya terbatas dalam akses pengetahuan dan teknologi kini banyak belajar dari masyarakat lokal. Sementara itu, masyarakat lokal pun terbuka memberikan dukungan dan bantuan, sehingga tercipta hubungan saling melengkapi antara penduduk lama dan baru.
Kesimpulan
Desa Barugae adalah desa hasil pemekaran yang tumbuh menjadi wilayah dengan keragaman etnis dan budaya. Dengan potensi di bidang pertanian, perikanan, dan perkebunan, serta masyarakat yang adaptif dan terbuka, Desa Barugae menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang memperkaya identitas desa. Interaksi sosial yang terjalin di antara masyarakat Bugis, Pattinjo, Makassar, Mandar, Jawa, dan Melayu menjadikan Desa Barugae sebagai miniatur harmoni budaya di Kabupaten Pinrang.